Semua ini dimulai ketika aku baru saja senang ria melangkahkan kaki di tempat yang baru bagiku. Waktu itu hari dimana aku mulai memasuki dunia putih abu - abu tetapi saat itu jiwa putih biru masih sangat melekat. Masa - masa lalu ku saat itu mungkin memanglah "suram". Hanya kesenangan tersendiri saja yang harus dipenuhi. Hal yang penuh dengan kesia - siaan yang selalu menuliskan kisah saat masa suram itu.
Awalku melangkahkan kakiku di tempat yang baru ini, tidak ada tanda - tanda kehidupan disana. Wajar saja, terlalu pagi aku datang kesana. Waktu terus berjalan, manusia - manusia yang lain pun mulai berdatangan memasuki areal itu. Terlihat wajah asing semua dan mungkin beberapa orang aku pernah melihatnya saat proses penyaringan yang layak memasuki areal itu. Dan tibalah waktunya. Semua dikumpulkan dan di bariskan di lapangan upacara.
Awalnya aku berpikiran semua akan berjalan mulus saja, tetapi keesokan harinya mulailah kejadian yang sebenarnya. Dulunya aku bisa membesar - besarkan kepala, kini aku harus mengecil - kecilkan seluruh anggota tubuhku. Memanglah awal yang sulit untuk dijalani. Hati dan perasaan yang belum ikhlas dan siap menghadapi ini semua, tapi apa daya. Semua ini harus dijalani untuk mencari cahaya yang sesungguhnya.
Masa lalu hanyalah masa kegelapan. Masa dimana aku belum tau mengapa aku harus disini. Karena inilah aku mulai di didik untuk bisa mencari arti dari sebuah cahaya ini. Wajah - wajah manusia yang tidak ku kenal tadi, kini harus menjadi seseorang yang wajib dikenal karena mereka juga akan membantuku mencari cahaya itu.
Ke-apatis-an yang dahulu sangat melekat, yang dimana apatis ini bukanlah menjadi karakter seorang harapan bangsa, kini harus bisa di lenyapkan agar tidak menutupi cahaya yang akan menerangi aku kedepannya. Lingkungan disini terus memaksaku untuk mencari cahaya itu. Aku pun harus selalu bergegas mencari cahaya itu.
Disini aku mengenal apa itu arti hormat yang sesungguhnya, yang dulunya hanya ku kira hanya sebuah ritual semata saja tapi sekarang ini menjadi hal yang sangat sakral. Melalui ini jugalah aku terus mencari cahaya. Cahaya yang dimana ini menjadi arti kehidupan yang sesungguhnya. Cahaya yang dimana ini menjadi pedoman kita kedepannya. Dan disinilah aku masih mencari cahaya itu, dan aku mulai mengenali mengapa aku diciptakan, dan apa arti hidupku sesungguhnya.
Author : Kevin Ardivan